Rabu, 16 Mei 2018

Kayu Gaharu, Salah Satu Kayu Termahal di Dunia Asli Indonesia!



 [รข€‹IMG]
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman juga mengandung resin khas yang diproduksi oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam pengolahan parfum dan setanggi (wangi-wangian) karena beraroma harum. Gaharu dari awal era modern (dimulai 2000 tahun yang lalu) telah menjadi item perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke Afrika Timur, Persia, Jazirah Arab juga India.

Proses Pembentukan
Gaharu diproduksi oleh tumbuhan sebagai reaksi dari mikroba yang sudah masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka yang diderita tanaman berkayu bisa terjadi secara alami karena terdapatnya cabang dahan yang kulitnya terkelupas atau patah, ataupun terjadi secara sengaja karena penggergajian dan pengeboran yang dilakukan oleh manusia. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman ditetapkan sebagai benda asing yang membuat sel tanaman akan memproduksi suatu senyawa fitoaleksin yang berguna sebagai pertahanan terhadap bakteri jahat dan penyakit. Senyawa fitoaleksin tersebut bisa berupa resin berbau harum serta berwarna coklat, dan menumpuk pada pembuluh floem dan xilem sebagai pencegah melebarnya luka ke jaringan lain. Namun, bila mikroba yang menginfeksi tanaman bisa mematikan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tumbuhan yang terluka akan membusuk. Ciri-ciri bagian tumbuhan yang telah memproduksi gaharu yaitu kulit batang menjadi lembek, tajuk tumbuhan menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelengkungan, atau bertambah tebalnya pada batang dan cabang tumbuhan. Senyawa gaharu bisa menghasilkan wangi yang harum karena terdapat senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan bisnis, manusia mengebor batang tumbuhan yang memproduksi kayu gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap jenis pohon penghasil gaharu memiliki mikroba khusus untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam volume yang besar. Beberapa contoh cendawan yang bisa diberdayakan sebagai inokulum adalah

Berbagai Jenis Gubal Gaharu
Tidak semua gubal dihargai sama, ada mutu yang membuatnya berbeda. Cara membedakan mana mutu gubal dari kayu gaharu yang sanggup dikatakan "super", "biasa" dan "buruk" yaitu sebagai berikut:
1. Gubal Kayu Gaharu Super = Warna hitam merata, wangi dan aroma yang ditimbulkan kuat.
2. Gubal Kayu Gaharu Super AB = warna hitam kecokelatan, cukup wangi, aroma yang ditimbulkan kuat.
3. Gubal Kayu Gaharu Sabah Super = warna hitam kecokelatan, wangi sedang dengan aroma yang ditimbulkan agak kuat.
4. Gubal Kayu Gaharu Kelas C =" warna hitam dengan banyak garis putih dengan kepingan tipis dan cenderung rapuh.

Bukan hanya gubal dari kayu gaharu, kemedangannya juga bernilai jual tinggi.
Berikut adalah daftar aneka macam mutu kemedangan yang terdapat di pasaran:

1. Tanggung A = warna cokelat kehitaman, wangi dengan aroma yang kuat.
2. Sabah I = warna cokelat bergaris putih tipis, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
3. Tanggung AB = warna cokelat bergaris putih agak tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
4. Tanggung C = warna kecokelatan bergaris putih agak tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
5. Kemedangan I = warna kecokelatan bergaris putih agak lebih tebal, wanginya sedang dengan aroma yang agak kuat.
6. Kemedangan II. = warna keabu - abuan bergaris hitam yang tipis, wanginya kurang, dengan aroma yang kurang kuat juga.
7. Kemedangan III = warna putih keabu - abuan, wanginya kurang harum, dan aroma kurang kuat juga.
8. Abu dan Nisa = merupakan potongan atau hasil terakhir pengolahan dari kayu gaharu ini.

Nilai Ekonomi

Kayu gaharu banyak didistribusikan dengan harga yang luar biasa mahal jika dibandingkan jenis kayu lainnya. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu jenis kayu termahal di dunia, terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia industri disebut sebagai gaharu beringin.

Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan dari sebanyak apa kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin banyak kandungan resin di dalamnya, maka nilai gaharu tersebut akan semakin melambung dan begitu pula sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu dipisahkan menjadi tiga kelas besar, yaitu kemedangan, abu dan gubal. Gubal merupakan kayu berwarna cokelat gelap yang didapatkan dari bagian pohon pemroduksi yang mempunyai kandungan damar wangi berbau kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan damar harum yang tidak terlalu kuat serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan hingga abu-abu, memiliki serat yang kasar, dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil sisa penghancuran atau pengerokan kayu gaharu.

Pengolahan Minyak Gaharu

Sebelum dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk meperoleh minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian kayu gaharu bisa dijual ke pakar penyulingan minyak yang biasanya menggunakan teknik distilasi air atau uap untuk menghasilkan minyak dari kayu tersebut. Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air sampai minyak yang berada di dalamnya keluar ke permukaan. Minyak dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang diletakkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap yang menyebabkan sel tanaman dapat terbuka sehingga minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut melalui tempat pendinginan yang menyebabkan terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan sampai terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan bawah air. Salah satu metode yang diterapkan saat ini adalah ekstraksi menggunakan superkritikal CO, yaitu CO cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO cair berguna sebagai pelarut aromatik yang dipakai untuk ekstraksi minyak gaharu. Metode ini bagus karena tidak ada sisa residu, CO dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal.

Konservasi

Di tahun 1994, acara CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) di USA menetapkan bahwa pohon gaharu spesies A. malaccensis dikategorikan ke dalam Appendix II, yaitu tanaman yang dibatasi perdagangannya. Penetapan tersebut diambil dikarenakan jumlah tanaman penghasil gaharu semakin berkurang di alam dikarenakan para pengusaha gaharu tidak dapat mengenali dengan benar mana tumbuhan yang sudah mengandung gaharu dan siap dipanen. Untuk mencari pohon penghasil gaharu, para pengusaha menebang ratusan pohon yang salah (tidak mengandung gaharu) sehingga banyaknya pohon tersebut sangat menurun. Pada tahun 2000, Indonesia mengajukan agar semua penghasil gaharu alami yaitu keluarga Aquilaria dan Gyrinops dimasukkan ke dalam list Appendix untuk membatasi perdagangannya sehingga perdagangan gaharu harus memiliki izin dari CITES dan dalam kuota tertentu. Hal ini dijalankan untuk memastikan jenis pohon gaharu alam dapat berkembang dan tersebar dengan baik.
 

1 komentar: